Saturday, April 11, 2015

Keanehan Saat Awal Pelayaran 'Maut' Titanic


Liputan6.com, Jakarta Rabu 10 April 1912 menjadi momentum pelayaran perdana Kapal Titanic dari Pelabuhan Southampton, Inggris.  Pukul 09.30 penumpang mulai berdatangan: kelas tiga naik duluan dan wajib menjalani serangkaian tes kesehatan, diikuti penumpang kelas 2, dan yang terakhir kelas satu -- yang disambut langsung oleh nakhoda, Kapten Smith. Diantar penuh hormat ke kabin mewah setara hotel bintang lima.

Jelang tengah hari, sekitar pukul 11.45, Titanic membunyikan peluitnya. Tiga kali. Tanda kapal segera angkat sauh. Namun, sebuah kecelakaan nyaris tak terhindarkan.

Titanic berlayar di samping kapal SS New York dan Oceanic yang sedang berlabuh. Bobot raksasanya mengakibatkan kapal-kapal kecil tersebut terangkat dan kemudian terhempas gelombang air yang besar.

Kabel labuh SS New York tidak sanggup menghadapi tegangan mendadak, kemudian putus, sehingga kapal tersebut berayun ke arah Titanic. Kapal tunda di dekatnya, Vulcan, berusaha mengendalikan kapal milik America Line itu.

Kapten Smith pun memerintahkan agar mesin-mesin Titanic "dimundurkan penuh". Kedua kapal menghindari tabrakan dengan beda jarak yang tipis, sekitar 1,2 meter.  Insiden ini menunda keberangkatan Titanic selama satu jam, sementara SS New York yang hanyut berhasil dikendalikan.

"Mereka yang percaya takhayul menyebut, kejadian itu adalah pertanda buruk bagi kapal yang sedang melakukan pelayaran perdana," demikian dikutip dari situs History.com.

"Ironisnya, Titanic nyaris bertabrakan dengan kapal yang diberi nama sesuai dengan tujuan pelayarannya (New York)." 

Kejadiannya hampir sama dengan yang dialami saudarinya, Olympics yang bertabrakan dengan HMS Hawke pada September 1911.

Bukan itu saja keanehan yang dialami Titanic jelang keberangkatannya. Sebongkah batu bara kecil yang terbakar ditemukan di salah satu bunkernya. Kondisi yang mengkhawatirkan, tapi tak jarang terjadi di kapal uap pada masa itu. Namun, kapten dan kepala teknis menyimpulkan, tak ada risiko yang ditimbulkan.

Titanic akhirnya melaju anggun, membelah lautan disaksikan ratusan pasang mata. Tanpa upacara pelepasan dan pidato bertele-tele dari pejabat terhormat.

Meski begitu, para penumpangnya di kelas satu adalah orang-orang penting, di antaranya masuk daftar terkaya di dunia kala itu. Yang paling tajir adalah John Jacob Astor IV -- yang baru bikin geger tahun sebelumnya, gara-gara menikahi Madeleine Talmadge Force (18), yang 29 tahun lebih muda, tak lama setelah menceraikan istri pertamanya.

Ada juga pemilik Macy’s, toko serba ada untuk kalangan menengah ke atas, Isidor Straus, dan istrinya, Ida. Benjamin Guggenheim, industrialis asal Jerman bahkan naik Titanic membawa serta kekasih dan para pembantunya.

Mereka yang menyertai para miliuner ditempatkan di kelas 2, bersama para akademisi, jurnalis, dan turis yang ingin menjajal kelas 2 Titanic -- yang layanannya mirip kelas 1 di pelayaran lain. Sisanya, 709 adalah penumpang kelas geladak.

Dari  2.224 orang yang ada di dalamnya kala itu, lebih dari 1.500 di antaranya tewas.



Ketika itu, sekoci penyelamat hanya mengangkut 12 orang, padahal sebenarnya perahu bisa untuk menampung 40 orang.

Tragedi pun terjadi pada Minggu malam 14 April 1912. Titanic saat itu berlayar di Atlantik Utara dengan kecepatan nyaris penuh. Laut tenang, tiada badai menghadang.

Pukul 23.40, tiba-tiba hentakan keras mengguncang kapal, Titanic menabrak gunung es. Akibatnya sisi kanan kapal melengkung, benturan juga melubangi 5 dari 16 kompartemennya. Titanic dirancang untuk tetap mengapung jika 4 kompartemennya bocor. Tapi yang terjadi kala itu lebih gawat.

Dua jam empat puluh menit kemudian, Titanic, kapal terbesar, tercanggih, dan termewah di zamannya, tamat.

Selain perlayaran perdana Titanic, tanggal 10 April juga diwarnai sejumlah kejadian bersejarah. Pada 1919,  pemimpin Revolusi Meksiko Emiliano Zapata ditembak mati.

Sementara pada 2010, pesawat Tupolev Tu-154M milik Polandia jatuh di Rusia. Sebanyak 132 penumpang, termasuk Presiden Lech Kaczyński meninggal dunia. (Ein/Ans)

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment

Dukung dan beri motifasi melalui komentar